Halaman
Keanekaragaman kelas dan kelom-
pok sosial, seperti yang kita jumpai
selalu memberikan kesempatan bagi
kita untuk mencapai status yang lebih
baik dalam masyarakat. Status yang
lebih baik senantiasa diharapkan setiap
orang, termasuk Anda yang sekarang
sedang giat belajar untuk mencapai
kondisi yang lebih baik di masa datang.
Inilah kenyatan yang ada di masya-
rakat; seseorang atau sekelompok
orang dapat mengalami perubahan
posisi dalam struktur sosial di masya-
rakatnya. Ada kalanya naik ke posisi yang lebih baik, tetapi kadang-kadang
justru turun ke tingkat yang tidak diinginkan. Mempelajari gejala seperti di atas
sungguh sangat penting, selain membuat kita lebih memahami struktur
masyarakat, juga agar kita selalu berusaha mengubah kehidupan menjadi lebih
baik di masa datang, sebab Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang sampai
orang itu sendiri yang mengubahnya.
MOBILITAS SOSIAL
BAB III
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan Anda dapat:
1. memahami kenyataan bahwa di masyarakat senantiasa terjadi mobilitas sosial,
2. menyebutkan faktor-faktor yang membuat seseorang mengalami mobilitas sosial,
3. mendeskripsikan proses terjadinya penyebab mobilitas sosial,
4. menjelaskan saluran-saluran mobilitas sosial, dan
5. menjelaskan konsekuensi mobilitas sosial.
Kata Kunci :
Mobilitas sosial, Mobilitas vertikal, Mobilitas horizontal, aktor
mobilitas
sosial, Konsekuensi mobilitas sosial.
Gambar 3.1
Mobilitas sosial.
Sumber: Haryana
78
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Peta Konsep
Status Sosial Diperoleh
melalui (1) Kelahiran,
(2) Perjuangan atau Usaha,
(3) Pemberian
Saluran
(1) Sekolah, (2) Organisasi Pemerintah atau Swasta, (3) Lembaga
Agama, (4) Lembaga Ekonomi
Status Lama
Status Baru
Mobilitas
Sosial
Vertikal
Horisontal
Antargenerasi
Intragenerasi
Penyebab Mobilitas Sosial
Struktur
Sosial
Individu
Penyesuaian
Diri
Konflik
Konsekuensi Mobilitas Sosial
Keberuntungan
Harapan dan
Kekecewaan
Meliputi
Meliputi
Mengalami
Menyebabkan
Meliputi
Melalui
Menyebabkan
Mobilitas Sosial
79
A. Hubungan antara Mobilitas Sosial dengan Status Sosial
Mobilitas sosial dan status sosial, merupakan bagian dari struktur sosial.
Struktur sosial terdiri atas stratifikasi dan diferensiasi yang melahirkan berbagai
kelompok dan kelas sosial di masyarakat. Setiap orang cenderung berusaha
menjadi bagian dari kelas atau kelompok sosial yang diinginkan. Dengan kata
lain, setiap orang menginginkan status yang lebih baik dari status yang semula
ditempatinya. Untuk itu, dia berusaha mencapai status impiannya tersebut,
walaupun tidak jarang hasil yang dicapai justru sebaliknya (statusnya merosot),
sehingga terjadilah pergerakan posisi dari suatu status ke status lainnya.
Perpindahan status sosial sangat penting dipelajari, karena dapat menjadi
ukuran kemajuan masyarakat; lebih-lebih dalam upaya meningkatkan kese-
jahteraan masyarakat melalui pembangunan. Berhasil atau tidaknya pem-
bangunan dapat diukur dari banyaknya warga masyarakat yang mengalami pe-
ningkatan status sosial ekonomi. Oleh karena itu, membicarakan mobilitas sosial
tidak mungkin dilepaskan dari pembicaraan mengenai status sosial, karena
manusia selalu mengejar status tertentu dalam masyarakat, sehingga terjadilah
mobilitas sosial.
1. Pengertian Mobilitas Sosial
Anda, sebagai salah satu warga masyarakat, tentu bergaul dengan banyak
orang. Setiap orang yang Anda jumpai pasti memiliki cerita yang berbeda menge-
nai sejarah kehidupanya. Misalnya ada siswa yang rajin belajar kemudian di-
terima di perguruan tinggi, lalu memperoleh pekerjaan bagus di sebuah peru-
sahaan, maka terjadilah perubahan status sosial. Sebaliknya, ada pula orang
yang semula telah memiliki kedudukan dan pekerjaan bagus di suatu kantor,
namun karena terlibat kasus korupsi lalu dipecat, maka terjadi pula perubahan
status sosial. Kedua contoh tersebut sangat mungkin terjadi di masyarakat
walapun tidak persis sama. Itulah yang dinamakan mobilitas sosial, khususnya
dalam hal pekerjaan.
Mobilitas sosial dapat pula terjadi se-
cara ekonomi, misalnya seseorang yang
sebelumnya hidup kekurangan, namun
karena rajin, tekun, dan ulet, dia berhasil
membangun usaha, maka terjadilah
perubahan statusnya di masyarakat se-
cara ekonomi. Hal ini menunjukkan ada-
nya mobilitas sosial, karena pada mula-
nya, orang tersebut berada pada kelas
sosial bawah, yang kemudian berubah
menjadi orang kelas atas.
Sumber: Tempo, 20 Agustus 2006
Gambar 3.2
Pelantikan pejabat (menteri).
80
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Masih banyak ragam mobilitas sosial di masyarakat. Apabila Anda mengingat
kembali proses stratifikasi dan deferensiasi sosial pada bab sebelumnya, ternyata
di masyarakat banyak terdapat kelas dan kelompok sosial. Siapa saja dapat
mengalami perubahan status keanggotaan suatu kelas atau kelompok sosial,
baik secara perorangan maupun secara kelompok. Seseorang yang pada
mulanya menjadi bagian dari kelas sosial tertentu, pada saat lain berubah menjadi
warga kelas yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan adanya kenaikan atau
penurunan status. Ada orang yang semula merupakan warga kelompok sosial
tertentu, namun karena suatu sebab dia pindah menjadi anggota kelompok
sosial lainnya. Terjadilah perpindahan kelas walaupun statusnya mungkin masih
sama. Bahkan, ada pula orang yang tidak mengalami perubahan status sosial
secara berarti selama hidupnya, seperti orang-orang desa yang dari lahir hingga
meninggal tetap menjadi petani.
Semua contoh yang dibicarakan di atas,
merupakan bagian dari kenyataan yang ada
di masyarakat. Setiap orang memiliki kemung-
kinan mengalami mobilitas sosial. Apabila di-
definisikan, mobilitas sosial adalah suatu gerak
atau perubahan status dalam struktur sosial.
Mobilitas tersebut dapat bersifat vertikal dan
horisontal. Mobilitas vertikal yaitu mobilitas
yang terjadi pada stratifikasi sosial (kelas sosial),
sedangkan mobilitas horisontal yaitu mobilitas
yang terjadi pada diferensiasi sosial (kelompok
sosial).
Mobilitas sosial berhubungan erat dengan
struktur sosial suatu masyarakat. Hubungan
itu dapat dilihat dari hakikat mobilitas itu
sendiri sebagai perpindahan keanggotaan dari
suatu kelas atau kelompok sosial ke kelas atau
kelompok sosial lainnya. 2aktor-faktor penentu
terjadinya diferensiasi dan stratifikasi sosial pada dasarnya juga menjadi faktor
penyebab terjadinya mobilitas sosial, misalnya faktor ekonomi, pendidikan, dan
pekerjaan.
Keterkaitan antara mobilitas sosial dengan struktur sosial secara umum
tampak lebih nyata dalam sifat struktur sosial dan sifat mobilitas sosial. Anda
telah mempelajari bahwa struktur sosial suatu masyarakat ada yang bersifat
tertutup dan ada pula yang terbuka. Pada dasarnya, ketertutupan atau keter-
bukaan struktur sosial berhubungan langsung dengan mudah atau sulitnya warga
masyarakat mengalami mobilitas sosial.
Masyarakat yang hidup dalam kelas sosial terbuka memiliki tingkat mobilitas
tinggi, sedangkan masyarakat yang hidup dalam kelas sosial tertutup biasanya
memiliki tingkat mobilitas rendah. Masyarakat yang tingkat mobilitasnya tinggi
Infososio
MOBILITAS SOSIAL
Semua orang ingin berhasil men-
capai status kehidupan yang lebih
baik, penghasilan lebih tinggi,
hidup lebih enak, pekerjaan lebih
baik, atau jabatan lebih tinggi.
Proses keberhasilan atau kegaga-
lan dalam mencapai impian itulah
yang disebut dengan mobilitas so-
sial.
Mobilitas sosial (
social mobility
)
adalah gerak perpindahan dari
suatu kelas sosial ke kelas sosial
lain.
Paul B. Horton & Chester L. Hunt,
1999.
Sumber: Worldbook Millenium 2000
Mobilitas Sosial
81
memberi kesempatan kepada warganya untuk melakukan perubahan status
sosial secara bebas. Orang yang berusaha keras, akan mencapai perubahan
status sosial sesuai yang diinginkan, tidak ada nilai dan norma yang menghalang-
halangi seseorang dalam mengusahakan perubahan status sosial. Warga
masyarakat lainnya pun akan dapat menerima perubahan status sosial yang
dialami sesamanya, apabila perubahan tersebut merupakan hasil usahanya yang
jujur dan tidak merugikan orang lain. Inilah ciri masyarakat yang berstruktur
sosial terbuka, sehingga tingkat mobilitas sosialnya tinggi.
Sebaliknya, masyarakat yang berstruktur sosial tertutup, seperti di India
yang menganut sistem kasta membuat rendahnya mobilitas sosial yang terjadi.
Kelas-kelas sosial yang disebut kasta berlaku ketat, sehingga tidak semua orang
mampu menjadi anggota kasta yang lebih tinggi. Keanggotaan seseorang dalam
sebuah kasta ditentukan oleh keturunan atau perkawinan. Apabila bukan anak
seorang yang berkasta tinggi, maka seseorang tidak akan dianggap sebagai
bagian dari anggota kasta tersebut. Seseorang mungkin saja memasuki kasta
yang lebih tinggi, dengan mengawini anak orang yang berasal dari kasta itu.
Akan tetapi, ada kecenderungan kasta tinggi memagari diri dengan larangan
yang menyulitkan terjadinya perkawinan antarkasta. Struktur sosial yang tertutup
seperti inilah yang membuat rendahnya tingkat mobilitas sosial.
2. Status Sosial dan Peran Sosial
Mobilitas sosial berhubungan
erat dengan status dan peranan so-
sial. Status sosial dapat disamakan
dengan kedudukan, peringkat atau
posisi seseorang dalam masyarakat
atau kelompoknya. Di dalam suatu
status, terkandung sejumlah hak dan
kewajiban. Misalnya seorang yang
berstatus sebagai siswa, maka dia
memiliki hak untuk mendapatkan
ilmu dan sekaligus memiliki kewa-
jiban untuk belajar dengan tekun.
Status dalam arti lebih sempit, dapat
berarti kekuasaan. Kekuasaan
adalah suatu kemampuan untuk
memengaruhi pihak lain agar mengikuti kehendak pemegang kekuasaan
tersebut.
Di dalam masyarakat, terdapat bermacam-macam status. Setiap orang juga
dapat menyandang beberapa status sekaligus. Status-status itu, dapat diperoleh
seseorang dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut.
Sumber: Haryana
Gambar 3.3
Dalam status yang dimiliki, seseorang
guru berperan membimbing murid-muridnya dalam
belajar.
82
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
a. Status yang diperoleh melalui kelahiran (
ascribed status
)
Ascribed status
lebih banyak terdapat
pada masyarakat yang mobilitas sosialnya
rendah dan memiliki struktur sosial tertutup.
Di dalam masyarakat seperti itu, seseorang
memperoleh status tertentu berdasarkan
keturunan. Misal, gelar kedudukan sebagai bang-
sawan yang diperoleh anak seorang bang-
sawan. Di masyarakat Hindu India dan Bali,
seseorang yang terlahir dari keluarga berkasta
tertentu maka secara otomatis memperoleh
status sesuai dengan kasta orang tuanya.
b. Status yang diperoleh dari per-
juangan atau usaha (
achieved
status
)
Achieved status
dapat dicapai siapa saja melalui suatu usaha. Apabila
orang tersebut berhasil memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, maka status
itu dapat diperoleh. Status seperti ini, antara lain berupa gelar yang diperjuangkan
melalui pendidikan, jabatan, dan pekerjaan. Perjuangan memperoleh status
juga dapat berupa persaingan dalam dunia politik, misalnya pemilihan anggota
legislatif dan eksekutif (presiden dan wakilnya).
c. Status sosial pemberian (
assigned status
)
Assigned status
berkaitan erat dengan status yang diperoleh melalui usaha.
Orang-orang yang berhasil melakukan sesuatu akan diberi status tertentu.
Seseorang yang berjasa sering diberi gelar kehormatan. Misal, para pejuang
yang telah gugur demi membela bangsa dan negara diberi gelar pahlawan,
atau Anda memenangkan olimpiade ilmu pengetahuan siswa SLTA tingkat
nasional, maka Anda pasti digolongkan dalam status pelajar berprestasi.
Selain dapat dibedakan berdasarkan cara mendapatkannya, status juga dapat
dibedakan dari sifatnya, yaitu terdiri atas status aktif, status pasif, dan status
laten. Ketiganya dapat terjadi apabila seseorang memiliki status lebih dari satu,
misalnya seorang guru yang sekaligus menjabat sebagai ketua yayasan sosial.
Pada saat dia di sekolah, status yang aktif adalah guru, sedangkan statusnya
sebagai ketua yayasan bersifat pasif. Sebaliknya, ketika tidak berada di sekolah
dan sedang tugas di kantor yayasan, maka status yang aktif adalah sebagai
ketua yayasan. Status yang sedang tidak aktif ini disebut juga dengan
status
laten.
Setiap kelas dan kelompok sosial memiliki kultur tertentu yang dikenali
dari simbol-simbol yang menjadi ciri khasnya. Begitu pula setiap orang yang
memiliki status sosial tertentu. Oleh karena itu, kita kadang-kadang dapat
Infososio
STATUS DAN PERAN
SOSIAL
Status atau kedudukan adalah sua-
tu peringkat atau posisi seseorang
dalam suatu kelompok, atau posisi
suatu kelompok terhadap kelom-
pok lainnya.
Peran adalah perilaku yang diha-
rapkan dari seseorang yang mem-
punyai status.
Sumber:
Paul B. Horton dan Chester
L. Berger, 1991.
Mobilitas Sosial
83
Aktivitas Siswa
mengenali status seseorang dari simbol-simbol yang ada pada orang tersebut.
Simbol-simbol status, dapat dikenali dari cara berpakaian, tempat tinggal, tempat
berekreasi, bentuk rumah, selera musik, dan lain-lain, misalnya seorang direktur
perusahaan. Apabila kita amati, cara berpakaiannya sangat berbeda dengan
seorang karyawan pada perusahaan yang sama. Demikian juga tempat
tinggalnya. Seorang direktur tentunya menghuni rumah yang cukup mewah,
sementara itu para karyawan cukup tinggal di rumah kontrak yang sempit atau
tinggal di perumahan karyawan yang sempit dan berjubel. Apabila kedua orang
yang berbeda status itu berlibur, tempatnya juga kadang-kadang berbeda. Sang
direktur tentu memilih sebuah rumah peristirahatan (
bungalow
) di daerah puncak,
sedangkan para karyawan akan berlibur di tempat rekreasi biasa (taman hiburan
rakyat atau sejenisnya). Cara mereka berangkat kerja, juga merupakan simbol
status masing-masing. Seorang direktur tentu pergi dan pulang ke kantor dengan
diantar sopir menggunakan kendaraan pribadi yang mewah, sedangkan para
karyawan cukup diantar dan dijemput bus karyawan secara beramai-ramai.
Status sosial berkaitan erat dengan peran sosial. Status sosial bersifat pasif,
sedangkan peran sosial bersifat dinamis. Peran sosial adalah kegiatan seseorang
dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya di masyarakat.
Semakin tinggi status yang dimiliki seseorang, semakin tinggi pula peran yang
harus dijalankannya. Peran sosial merupakan aspek dinamis dari status sosial,
misalnya Anda sebagai individu yang mempunyai status sosial sebagai siswa.
Hak dan kewajiban siswa adalah belajar, mencari pengetahuan, dan menimba
pengalaman baru. Kegiatan untuk memenuhi hak dan kewajiban itu, disebut
dengan menjalankan peran sosial. Jadi, apabila siswa tidak melakukan kegiatan
sekolah dan aktivitas belajarnya, berarti ia tidak menjalankan peran sosialnya.
Besar kecilnya peran sosial yang dijalankan seseorang tergantung pada nilai
kemanfaatan dan tingkat status sosialnya.
Pilih dan kerjakan salah satu tugas di bawah ini, kemudian serahkan kepada
guru untuk dinilai!
1. Anda tentu mempunyai cita-cita di masa depan. Deskripsikanlah cita-
cita Anda dan jelaskan pula mengapa Anda sangat ingin meraihnya!
Hubungkan penjelasan Anda dengan mobilitas dan status sosial!
2. Di daerah Anda tentu ada orang atau sekelompok orang yang dihormati
warga masyarakat lain. Deskripsikan status dan peran orang atau
kelompok orang tersebut. Tulis hasil deskripsi Anda dalam bentuk
makalah untuk dipresentasikan dalam diskusi kelas!
84
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Pelatihan
Kerjakan di buku tugas Anda!
Jawablah dengan tepat!
1. Apakah yang dimaksud dengan mobilitas sosial?
2. Jelaskan pengertian status sosial!
3. Jelaskan hubungan status sosial dengan peran sosial?
4. Jelaskan hubungan mobilitas sosial dengan struktur sosial!
5. Jelaskan hubungan antara mobilitas sosial dengan status sosial!
Kerjakan di buku tugas Anda!
Nyatakan tanggapan Anda terhadap pernyataan atau kasus di bawah ini,
dengan cara memberi tanda cek (
) pada kolom S (Setuju), TS (Tidak Setuju)
atau R (Ragu-ragu)!
Tes Skala Sikap
1 Manusia pada dasarnya mengejar kedudukan
sosial di masyarakat sehingga terjadi mobilitas
sosial.
2 Mobilitas sosial merupakan upaya manusia un-
tuk mencari kedudukan yang lebih enak, sehing-
ga mengesampingkan orang lain.
3 Mobilitas sosial hanya akan mengganggu ke-
stabilan struktur sosial. Hal itu karena mobilitas
sosial selalu mengubah posisi seseorang di
antara kelompoknya.
4 Mobilitas sosial dapat menjadi ukuran keber-
hasilan dan kegagalan pembangunan masyara-
kat.
5 Upaya menyejahterakan masyarakat pada da-
sarnya merupakan bentuk mobilitas sosial, ka-
rena masyarakat yang sejahtera adalah masya-
rakat yang selalu bergerak.
No.
Pernyataan
S TS R
Mobilitas Sosial
85
B. Arah dan Saluran Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial pada dasarnya merupakan suatu gerak perpindahan. Hal
itu menunjukkan bahwa ada titik asal dan titik tujuan. Titik asal merupakan
suatu status sosial tertentu, demikian pula titik tujuannya. Sifat status asal dan
status tujuan menentukan arah mobilitas. Apabila status asal lebih rendah
daripada status tujuan, maka arahnya dikatakan naik, tapi jika status asalnya
lebih tinggi daripada status tujuan, maka arahnya dikatakan turun. Selain mem-
punyai arah, mobilitas juga memerlukan saluran. Ibarat Anda sedang memanjat
atap rumah, maka diperlukan tangga sebagai alat untuk mencapai atap. Arah
mobilitas penting dipelajari, agar kita mengetahui apakah sebenarnya warga
masyarakat merosot atau meningkat kesejahteraannya. Saluran mobilitas juga
penting dipelajari agar kita mengetahui jalan yang harus ditempuh untuk sampai
pada status baru yang kita idam-idamkan.
1. Arah Mobilitas Sosial
Pada penjelasan mengenai pengertian mobilitas sosial di atas, telah dising-
gung adanya mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Berikut ini akan di-
jelaskan lebih jauh mengenai keduanya.
a. Mobilitas Vertikal (
Vertical Mobility
)
Seorang individu atau sekelompok orang se-
cara bersama-sama dapat mengalami perubahan
status sosial secara vertikal. Kisah sukses seorang
pelajar yang rajin kemudian menjadi karyawan
profesional di sebuah perusahaan seperti dice-
ritakan sebelumnya, merupakan mobilitas verti-
kal yang dialami perseorangan. Adapun contoh
mobilitas secara kelompok dapat kita peroleh
dari sejarah bangsa kita. Pada zaman penjajahan
Belanda, masyarakat pribumi adalah warga
negara kelas tiga. Namun, sejak Proklamasi 17
Agustus 1945, penjajahan berakhir dan ma-
syarakat pribumi berdaulat di negeri sendiri, ter-
jadilah perubahan status sosial secara bersama-
sama, sehingga warga pribumi menjadi tuan di
negerinya sendiri. Kejadian seperti ini dialami pula oleh bangsa-bangsa lain
pada saat terjajah, termasuk warga kulit hitam di Afrika Selatan pada masa
apartheit
.
Kedua contoh mobilitas di atas bersifat searah, yaitu naik. Selain mobilitas
vertikal naik (
social climbing
), ada pula mobilitas vertikal turun (
social sinking
).
Mobilitas vertikal naik adalah perpindahan status dan peran dari kelas sosial
Sumber: Hai, Desember 2006
Gambar 3.4
Dari seorang musisi
tingkat lokal. Tia A2I menuju jenjang
musisi tingkat nasional.
86
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
yang lebih rendah menuju kelas sosial yang lebih tinggi, sebaliknya mobilitas
sosial vertikal turun adalah perpindahan status dan peran dari kelas sosial lebih
tinggi menuju kelas sosial lebih rendah.
Mobilitas sosial vertikal turun, selain dapat dialami perseorangan seperti
telah dicontohkan di atas, juga dapat dialami oleh sekelompok orang. Misalnya
seorang ayah yang menduduki jabatan cukup tinggi di pemerintahan. Selama
masih menjabat, tentu pendapatannya tinggi dan memperoleh berbagai fasilitas
dari kantor. Seluruh keluarga pun turut merasakan kenyamanan hidup kelas
atas. Namun, ketika sang ayah pensiun dari jabatannya, maka pendapatan
akan menurun, tidak ada lagi fasilitas dari kantor, bahkan tidak ada orang yang
mau menghormatinya seperti ketika masih menjabat. Perubahan yang dialami
sang ayah ini juga berdampak pada istri dan anak-anaknya. Apabila dulu mereka
dihormati sebagai isteri dan anak-anak pejabat, kini tidak lagi. Hal seperti ini
merupakan bukti bahwa mobilitas sosial vertikal menurun juga dialami oleh
sekelompok orang sekaligus.
Apakah Anda pernah mendengar seorang atau beberapa orang siswa dari
sebuah sekolah tertangkap mengonsumsi narkoba atau terlibat perkelahian
pelajar? Bagaimana pendapat Anda dan teman-teman Anda mengenai sekolah
tersebut? Dapatkah Anda menjelaskan hal itu sehubungan dengan mobilitas
sosial vertikal menurun secara kelompok?
Berdasarkan contoh-contoh di atas, mobilitas vertikal dapat disimpulkan
sebagai perpindahan individu atau kelompok dari satu status sosial ke status
sosial lainnya yang tidak sederajat. Proses mobilitas sosial vertikal mengikuti
lima prinsip utama, yaitu:
1) tidak ada masyarakat yang benar-benar mutlak tertutup bagi mobilitas sosial
vertikal,
2) tidak ada masyarakat yang bebas dalam mobilitas sosial vertikal,
3) setiap masyarakat memiliki ciri-ciri berbeda dalam mobilitas sosial vertikal,
4) setiap faktor menyebabkan ciri-ciri yang berbeda pada mobilitas sosial,
dan
5) mobilitas sosial vertikal tidak bersifat kontinu.
Oleh karena itu, dalam sistem kasta seperti di India sekalipun, masih
dimungkinkan terjadinya mobilitas sosial vertikal. Misalnya, seorang Brahmana
yang melanggar aturan kastanya dapat diturunkan dari kasta tersebut, sementara
seorang anggota kasta rendah yang mengawini kasta tinggi dapat terangkat
statusnya. Kebebasan yang mutlak pun tidak ada, bahkan dalam masyarakat
yang paling demokratis sekali pun.
b. Mobilitas Horizontal (
Horizontal Mobility
)
Sebagaimana dalam mobilitas vertikal naik, mobilitas horisontal juga dapat
dialami oleh seseorang secara individu maupun beberapa orang secara
kelompok. Mobilitas jenis kedua ini tidak membuat orang berubah kelas sosial.
Perubahan yang terjadi hanya bersifat perpindahan dari suatu kelompok sosial
Mobilitas Sosial
87
menuju kelompok sosial lainnya, tetapi baik kelompok asal maupun kelompok
baru yang dimasuki bersifat sederajat. Pada umumnya mobilitas horizontal terjadi,
karena adanya perubahan pada lingkungan fisik dan lingkungan pekerjaan,
misalnya seseorang yang pindah ke
tempat tinggal yang baru, atau kepala
dinas pendidikan dimutasi menjadi
kepala dinas kehutanan.
Perpindahan tempat disebut juga
dengan mobilitas lateral (
lateral mobility
).
Mobilitas lateral dapat terjadi dalam
bentuk perpindahan warga desa ke kota
atau sebaliknya, dari suatu kota ke kota
lainnya, atau dari suatu wilayah ke
wilayah lainnya. Oleh karena itu, ur-
banisasi, transmigrasi, emigrasi, dan
imigrasi merupakan bentuk mobilitas
sosial lateral. Dalam perpindahan seperti itu, keanggotaan seseorang dalam
suatu masyarakat berubah. Mobilitas lateral sering kali diikuti oleh mobilitas
vertikal naik atau turun. Namun, dalam membicarakan mobilitas lateral yang
dilihat bukanlah perubahan jenjang sosial ekonominya, melainkan perubahan
tempatnya secara geografis.
Mobilitas lateral sering melibatkan banyak orang sekaligus, misalnya
pengiriman transmigran dari Jawa dan Bali ke berbagai daerah transmigrasi di
Sumatra, Kalimantan, atau Maluku. Beratus-ratus keluarga diberangkatkan
sekaligus, bahkan kadang-kadang sebuah desa secara keseluruhan ditransmi-
grasikan karena desa tersebut sering dilanda bencana alam atau terkena proyek
pembangunan bendungan. Terjadilah mobilitas lateral besar-besaran. Apabila
mereka petani, maka daerah tujuannya berupa daerah pertanian. Jika mereka
nelayan, daerah tujuan transmigrasinya di tepi pantai sehingga dapat hidup
sebagai nelayan. Oleh karena itu, dalam mobilitas lateral seperti ini tidak terjadi
perubahan status pekerjaan, sebaliknya, yang terjadi hanyalah perubahan lokasi
tempat tinggal.
Setelah beberapa tahun hidup di daerah transmigrasi dan mengalami per-
baikan pendapatan, terjadi pula mobilitas ekonomi. Banyak kisah sukses
transmigran di luar Jawa. Semula di daerah asal hanya sebagai petani kecil
atau buruh tani tanpa sawah, namun setelah membuka lahan pertanian atau
perkebunan (karet, kopi, kelapa sawit) di Sumatra atau Kalimantan, mereka
menjadi lebih makmur.
Mobilitas sosial horizontal akibat perubahan jenis pekerjaan banyak terjadi
di masyarakat, baik kelas sosial ekonomi tingkat bawah, menengah, maupun
atas sering mengalami pergantian jenis pekerjaan. Pergantian itu tidak me-
nyebabkan turun atau naiknya status sosial ekonomi mereka. Misalnya orang
miskin yang berpindah pekerjaan. Semula dia adalah petani yang miskin,
Sumber: Haryana
Gambar 3.5
Mobilitas sosial horizontal.
88
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
kemudian berganti pekerjaan sebagai pemulung yang miskin pula. Seorang
eksekutif muda dari kelas sosial menengah yang dialihposisikan dari bidang
tugasnya, juga mengalami hal serupa. Pendapatan dan kedudukan mereka tetap
sama, namun bidang pekerjaan yang ditangani berbeda. Demikian juga warga
kelas sosial atas, mereka dapat mengalami mobilitas horizontal, sementara
kedudukan mereka sebagai orang kaya atau berpangkat tidak berubah.
c. Mobilitas Intragenerasi dan Antargenerasi
Baik mobilitas sosial vertikal maupun horizontal, dapat terjadi pada seseorang
selama masa hidupnya, dan dapat pula dialami warga masyarakat pada generasi
(keturunan) selanjutnya. Dengan kata lain, ada mobilitas intragenerasi dan ada
pula mobilitas antargenerasi. Mobilitas intragenerasi adalah perubahan status
yang dialami seseorang dalam masa hidupnya. Misalnya, seseorang yang mula-
mula petani kemudian meningkat status sosial ekonominya menjadi pengusaha
penggilingan padi. Perubahan status sosial dari petani menjadi pengusaha dialami
seseorang selama dia hidup.
Adapun mobilitas antargenerasi adalah perbedaan status seseorang di-
bandingkan status orang tuanya. Misalnya, ada sebuah keluarga yang selama
hidupnya bekerja sebagai nelayan. Keluarga tersebut menyekolahkan anak-
anaknya hingga lulus pendidikan tinggi dengan prestasi yang bagus. Dengan
bekal pendidikan dan pengalamannya, anak-anak keluarga nelayan tersebut
berhasil menjadi guru atau dosen. Dalam hal ini, terjadilah perbedaan status so-
sial antara generasi orang tua dengan generasi anak-anaknya. Generasi orang
tua bekerja sebagai nelayan dengan tingkat pendidikan rendah, sedangkan ge-
nerasi anak-anaknya bekerja sebagai dosen
atau guru dengan tingkat pendidikan dan
penghasilan lebih tinggi.
2. Saluran Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial senantiasa terjadi dalam
masyarakat, tetapi hal itu bukan berarti bahwa
mobilitas sosial terjadi begitu saja atau secara
otomatis, sehingga seseorang secara tiba-tiba
langsung berada pada tingkatan lebih tinggi.
Apabila faktor-faktor yang diperlukan telah
terpenuhi, seseorang masih memerlukan satu hal lagi untuk dapat melakukan
mobilitas sosial, yaitu saluran untuk mencapai kedudukan sosial yang baru.
Saluran mobilitas sosial pada dasarnya merupakan sarana yang menjadi jalan
bagi seseorang untuk mencapai status baru yang lebih tinggi.
Pada dasarnya, banyak sekali saluran yang bisa mengantarkan seseorang
atau sekelompok orang dalam mobilitas sosial. Setiap lembaga dan organisasi
di masyarakat yang dapat menjadi tangga naik-turunnya status sosial seseorang
merupakan saluran mobilitas. Pitirim A. Sorokin menyebutkan lima saluran,
Infososio
TANGGA MOBILITAS
Pendidikan dan pekerjaan ialah
tangga mobilitas sosial. Pendi-
dikan merupakan tangga yang pa-
ling utama
Sumber:
Paul B. Horton & Chester
L. Hunt, 1991
Mobilitas Sosial
89
yaitu angkatan bersenjata, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, organisasi
politik, dan organisasi ekonomi. Sebenarnya, masih banyak lagi saluran-saluran
lain, misalnya lembaga perkawinan, organisasi profesi (ikatan dokter, persatuan
guru, gabungan pengusaha konveksi, asosiasi pengusaha hotel dan restoran,
dll), organisasi kepemudaan, perkumpulan olah raga, pramuka, OSIS, dan lain-
lain. Setiap lembaga atau organisasi yang menyediakan kesempatan bagi se-
seorang atau sekelompok orang untuk mengalami perubahan kedudukan sosial
dapat disebut sebagai saluran mobilitas.
Mobilitas sosial tidak selalu berhubungan dengan pendapatan. Oleh karena
itu, apabila Anda terpilih menjadi salah satu pengurus OSIS atau Gugus Depan
Pramuka di sekolah, berarti Anda telah mengalami mobilitas sosial naik.
Kedudukan Anda dalam organisasi itu bukan lagi sebagai siswa biasa, karena
sejumlah tugas, wewenang, dan tanggung jawab telah Anda miliki sehubungan
dengan status tersebut. Peran seperti itu membedakan kedudukan Anda di an-
tara teman-teman Anda yang lain, bahkan dalam ukuran organisasi yang lebih
kecil, seperti kelompok diskusi yang terdiri atas lima orang juga merupakan
saluran mobilitas sosial. Dalam kelompok itu, tentu ada peluang bagi Anda
untuk menjadi ketua atau sekretaris dengan sejumlah hak dan kewajiban yang
melekat pada status tersebut. Inilah hakikat saluran mobilitas sosial.
Agar lebih jelas, berikut ini diuraikan beberapa saluran penting yang menjadi
tangga bagi seseorang yang hendak mencapai status sosial lebih tinggi atau
sebaliknya.
a. Sekolah
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa
seseorang dapat mencapai status sosial
lebih baik, apabila berpendidikan tinggi.
Untuk mencapai itu seseorang harus me-
nempuh proses pendidikan yang ber-
langsung di sekolah sebagai lembaga
pendidikan. Di sekolah diajarkan ber-
bagai pengetahuan dan keterampilan,
serta ditanamkan sikap-sikap terpuji yang
berguna dalam hidup di masyarakat.
Apabila seseorang telah menempuh
suatu tingkat pendidikan tertentu berarti
dia telah mencapai kedalaman pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu.
Semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin tinggi pula pengetahuan
dan keterampilannya. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang unggul,
seseorang akan mengalami mobilitas sosial vertikal naik. Bentuk konkretnya
adalah, mudahnya diperoleh pekerjaan yang baik atau kedudukan yang tinggi.
Oleh karena pentingnya peran sekolah sebagai saluran mobilitas sosial,
maka Anda dan hampir semua remaja usia pelajar mengikuti pendidikan di
sekolah-sekolah. Kita semua membutuhkan sekolah agar keinginan kita untuk
Sumber: Tempo, 15-21 Agustus 2005
Gambar 3.6
Pendidikan menjadi salah satu pe-
nunjang mobilitas sosial vertikal naik.
90
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
mencapai kehidupan yang lebih baik tersalurkan. Di sisi lain, dunia kerja pun
melihat seseorang berdasarkan latar belakang pendidikannya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka sem
akin bermartabat pula jenis pekerjaan
yang ditawarkan. Apabila Anda hanya mengandalkan ijasah SMA, mungkin
Anda hanya mendapatkan pekerjaan seperti tenaga produksi atau staf. Untuk
menjadi tenaga administrasi diperlukan setidaknya lulusan Diploma (D3) jurusan
administrasi perkantoran atau ketatausahaan. Pekerjaan seperti ini digolongkan
tingkat madya, sedangkan jenis pekerjaan yang lebih rumit, lebih besar tanggung
jawabnya, namun lebih tinggi kedudukannya diisi oleh mereka yang lulus Sarjana
(S1, S2, dan S3). Para sarjana biasanya menduduki jabatan manajer, analis,
peneliti, perencana, konsultan, atau guru dan dosen. Demikianlah, sekolah
menyalurkan seseorang untuk memperoleh kedudukan sosial lebih tinggi.
Bahkan jenjang-jenjang dalam lembaga pendidikan itu sendiri sudah menunjuk-
kan tingkatan-tingkatan status sosial. Tingkat universitas atau akademi lebih
tinggi daripada tingkat SLTA, tingkat SLTA lebih tinggi daripada tingkat SLTP,
dan seterusnya.
b. Organisasi Pemerintahan dan Swasta
Organisasi pemerintahan meliputi semua badan milik pemerintah, seperti
berbagai departemen dalam struktur pemerintahan, dan kantor-kantor dinas
yang menangani urusan tertentu dalam pemerintahan. Di negara kita dikenal
adanya Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Sosial, Departemen
Pertambangan dan Energi, dan lain-lain. Departemen-departemen merupakan
perangkat pemerintahan pusat, sedangkan di tingkat pemerintah daerah terdapat
dinas-dinas yang fungsi dan tugasnya hampir sama dengan departemen-
departemen.
Organisasi swasta, pada dasarnya hampir sama dengan organisasi pe-
merintahan. Bentuknya dapat berupa perusahaan, koperasi, yayasan, asosiasi,
konsorsium, dan lain-lain. Di dalamnya ada bagian-bagian dan setiap bagian
terjalin membentuk suatu struktur organisasi. Setiap bagian dalam organisasi
pemerintahan maupun swasta, membutuhkan orang-orang dengan kualifikasi
tertentu untuk mengurusnya. Ada bagian yang menuntut tanggung jawab dan
keahlian tinggi, sedang, dan rendah. Apabila seseorang dalam masa peng-
abdiannya dalam organisasi menunjukkan kesetiaan, dedikasi, dan berprestasi
baik, maka dia akan dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Jarang sekali (bahkan tidak ada) orang yang langsung menduduki jabatan tinggi
dalam sebuah organisasi pemerintahan maupun swasta. Pada umumnya mereka
harus meniti karir dari bawah sesuai tingkat pendidikannya, bahkan seorang
menteri sekalipun harus meniti karir dari bawah untuk mencapai jabatan itu,
walau rintisan karir itu ditempuh di luar departemen yang dia pimpin.
Apabila selama meniti karir seseorang memenuhi syarat untuk dipromosikan,
maka dia akan dipromosikan. Misalnya, seorang staf biasa yang dinilai layak
dan kemudian diangkat menjadi kepala bagian. Dalam dunia pendidikan, seorang
Mobilitas Sosial
91
guru yang telah mencapai masa tugas tertentu, berprestasi, dan lulus tes, maka
dia diangkat menjadi kepala sekolah. Pada saat dipromosikan itulah seseorang
mengalami mobilitas sosial naik dalam pekerjaannya. Dengan memahami proses
perjalanan karir seseorang dalam sebuah organisasi, kita memahami peran
organisasi pemerintahan maupun swasta dalam menyalurkan seseorang untuk
mencapai kedudukan yang lebih tinggi.
c. Lembaga Keagamaan
Sebagai makhluk, setiap manusia sama kedudukannya di hadapan Tuhan.
Namun, sebagai warga masyarakat, manusia dibedakan status sosialnya
berdasarkan kelebihan-kelebihan tertentu. Salah satunya adalah kelebihan dalam
kesalehan dan penguasaan ilmu agama. Hal ini menyebabkan perbedaan antara
orang yang menguasai ilmu agama secara mendalam dengan orang yang hanya
memahami sedikit. Dalam agama Islam, orang yang menguasai ilmu agama
secara mendalam disebut ulama atau orang alim (orang berilmu, intelektual). Di
Indonesia mereka disebut secara beragam, misalnya Kiai (Jawa), Tuan Guru
(Sulawesi), Ajengan (Sunda), dan lain-lain.
Dalam agama Kristen juga dikenal adanya pembedaan status sosial
berdasarkan hal tersebut. Ada yang disebut Pendeta atau Romo, sedangkan di
sisi lain disebut jemaat (pengikut). Agama-agama lain pun demikian, misalnya
di kalangan Hindu dikenal adanya Bhiksu dan Bhiksuni, di kalangan umat Budha
dikenal adanya Bante.
Semua pemimpin agama tersebut pada dasarnya adalah orang-orang yang
telah mengalami mobilitas vertikal dalam hirarki sosial masyarakat pemeluk
agama yang bersangkutan. Mula-mula mereka adalah pemeluk biasa, karena
telah mencapai tingkat tertentu dalam pendalaman ilmu keagamaan serta
kesalehannya, maka terjadilah mobilitas sosial. Orang yang berhasil memenuhi
persyarakat tertentu akan mencapai kedudukan terhormat di antara pengikut-
pengikut lainnya. Demikianlah lembaga keagamaan menyalurkan seseorang
untuk mencapai kedudukan sosial lebih tinggi dalam masyarakat.
d. Organisasi Ekonomi
Organisasi ekonomi merupakan saluran paling besar dari semua saluran
mobilitas yang ada. Hal ini, karena banyaknya organisasi ekonomi yang ada di
masyarakat, baik milik swasta maupun milik pemerintah. Setiap kegiatan yang
bergerak di sektor ekonomi, dalam bentuk dan ukuran apa pun dapat digolong-
kan organisasi ekonomi. Dari mulai sebuah toko buku yang mempekerjakan
seorang pelayan, hingga perusahaan multinasional yang menghasilkan perangkat
komputer untuk seluruh dunia, pada dasarnya adalah organisasi ekonomi. Toko
buku kecil di atas menyediakan kesempatan bagi seorang pencari kerja untuk
memperoleh pekerjaan sebagai pelayan di sana, dan perusahaan komputer
multinasional tentu lebih banyak lagi menyediakan peluang-peluang seperti itu.
92
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Apalagi di antara pekerjaan-pekerjaan yang disediakan banyak terdapat jenjang
karir. Karyawan yang memenuhi kualifikasi tertentu akan naik statusnya lebih
tinggi.
Pilih dan kerjakan salah satu tugas di bawah ini, kemudian serahkan kepada
guru untuk dinilai!
1. Amatilah kondisi masyarakat sekitar Anda. Tuliskan lima saluran mo-
bilitas yang paling berperan dalam mengantarkan warga masyarakat
mencapai status sosial tertentu!
2. Carilah informasi yang paling akurat dan aktual mengenai mobilitas
sosial yang terjadi di daerah Anda! Datalah semua bentuk mobilitas
yang terjadi dan urutkan berdasarkan frekuensi arah yang terjadi! Tulis
laporan Anda dalam bentuk makalah untuk dipresentasikan di depan
kelas!
Kerjakan di buku tugas Anda!
Jawablah dengan tepat!
1. Apakah yang dimaksud dengan mobilitas vertikal?
2. Berikan contoh mobilitas horizontal!
3. Jelaskan pengertian mobilitas antargenerasi?
4. Saluran apa yang paling berperan dalam mobilitas intragenerasi?
5. Apakah hubungan antara saluran mobilitas sosial dengan faktor penentu
mobilitas sosial?
Kerjakan di buku tugas Anda!
Ungkapkan tanggapan Anda terhadap pernyataan atau kasus di bawah
ini, dengan cara memberi tanda cek (
) pada kolom S (Setuju), TS (Tidak
Setuju) atau R (Ragu-ragu)!
Aktivitas Siswa
Pelatihan
Tes Skala Sikap
Mobilitas Sosial
93
C. &aktor Penyebab Dan Konsekuensi Mobilitas Sosial
Perubahan status sosial seseorang di dalam masyarakat tidaklah terjadi begitu
saja. Ada beberapa faktor yang menentukan proses terjadinya dan arah
pergeserannya. Setelah faktor-faktor itu menyebabkan terjadinya mobilitas sosial,
serangkaian akibatnya pun muncul. Akibat-akibat itu merupakan konsekuensi
dari proses mobilitas sosial. Berikut ini akan kita bicarakan kedua hal tersebut.
1. &aktor Penyebab Mobilitas Sosial
Banyak faktor yang dapat menentukan terjadinya mobilitas sosial yang di-
alami seseorang. 2aktor-faktor itu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor
struktur sosial, faktor kemampuan individu, dan faktor kemujuran. 2aktor struktur
sosial meliputi ketersediaan lapangan kerja (kesempatan), sistem ekonomi dalam
suatu masyarakat (negara), dan tingkat kelahiran dan kematian penduduk. 2aktor
individu meliputi faktor pendidikan, etos kerja, cara bersikap terhadap diri sendiri
dan terhadap orang lain, dan faktor yang perannya sangat kecil namun sulit
disangkal keberadaannya adalah kemujuran atau nasib baik. Semua faktor
1 Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka semakin banyak saluran mobilitas yang
dapat dilalui untuk mencapai cita-citanya.
2 Peran saluran mobilitas tidak terlalu penting
dibandingkan dengan faktor penentunya. Asal
faktor penentu sudah dicapai, mobilitas sosial
pasti akan terjadi walau tanpa ada saluran.
3 Saluran mobilitas yang paling penting adalah
lembaga pendidikan.
4 Pada saat terjadi krisis ekonomi banyak terjadi
mobilitas sosial vertikal menurun, karena pen-
dapatan masyarakat juga menurun.
5 Dalam masyarakat yang berstruktur sosial ter-
buka banyak terjadi mobilitas sosial. Hal ini ka-
rena dalam masyarakat terbuka tidak ada ham-
batan untuk terjadinya mobilitas.
No.
Pernyataan
S TS R
94
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
tersebut dapat membuat orang memperoleh kesempatan untuk memiliki materi
(kekayaan) lebih banyak, kenaikan pangkat (jabatan), atau sebaliknya. Berikut
ini dijelaskan ketiga faktor tersebut.
a. <aktor Struktur Sosial
Setiap masyarakat memiliki struktur
sosial berbeda. Masyarakat pertanian
tradisional, lebih banyak menyediakan pe-
kerjaan kasar mengolah sawah, dan hanya
sedikit menyediakan lapangan kerja yang
bergengsi seperti menjadi pengusaha peng-
gilingan padi atau pedagang besar hasil dan
sarana pertanian. Demikian pula masyara-
kat tradisional nelayan, yang lebih banyak
memberikan pekerjaan sebagai pencari
dan pengolah ikan, sebaliknya hanya
sedikit lapangan kerja tersedia untuk
menjadi pengusaha di bidang perikanan,
distributor, atau pemilik kapal besar.
Hal ini berbeda dengan masyarakat industri modern. Berbagai lapangan
pekerjaan banyak tersedia, mulai dari tenaga produksi, pengawas atau mandor,
pemasar produk, periklanan, manajer hingga pemimpin dan pemilik perusahaan.
Semakin banyak perusahaan berdiri maka semakin banyak lapangan pekerjaan
yang tersedia. Dengan demikian, semakin banyak pula peluang terjadinya
mobilitas sosial. Orang juga memiliki peluang lebih besar berganti pekerjaan
dibandingkan dengan masyarakat pertanian atau nelayan tradisional.
Dengan melihat faktor ini, kita menjadi paham mengapa di negara kita
selama ini selalu terjadi urbanisasi. Pemuda-pemuda desa berbondong-bondong
ke kota mencari pekerjaan. Maraknya pertumbuhan industri di kota menjanjikan
kesempatan bagi mereka untuk mengalami mobilitas sosial vertikal. Pekerjaan
tradisional sebagai petani dianggap tidak menarik dan kurang memberikan
hasil. Sementara itu banyak tersedia pekerjaan di kota, mulai dari pekerja pabrik
hingga menjadi tenaga eksekutif. Bahkan, apabila beruntung dapat menjadi
pemilik usaha yang cukup besar dengan jaringan yang luas. Di desa kemungkinan
seperti itu sangat sulit terjadi.
Sistem ekonomi yang diterapkan sebuah negara sering pula berpengaruh
terhadap pertumbuhan industri. Pembatasan pertumbuhan industri tertentu yang
disebabkan oleh regulasi pemerintah berdampak terhadap berkurangnya
pertambahan lapangan kerja. Akibatnya semakin sulit pula orang mencari pe-
kerjaan. Sebaliknya, apabila pemerintah membuka seluas-luasnya kesempatan
mendirikan industri, maka semakin banyak pula kesempatan kerja. Namun,
untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, kebebasan berusaha harus
tetap melindungi warga masyarakat lokal (pribumi) dari serbuan pengusaha
Sumber: Gatra, 9 Agustus 2006
Gambar 3.7
Mobilitas sosial di masyarakat
pedesaan pada umumnya berjalan lambat.
Mobilitas Sosial
95
asing yang lebih berpengalaman. Jika para penanam modal asing dibebaskan
seluas-luasnya, maka para pengusaha pribumi akan tersingkir. Pekerjaan-
pekerjaan kelas atas hanya akan dinikmati orang-orang asing yang lebih terampil.
Akibatnya mobilitas sosial vertikal naik tidak dinikmati orang-orang lokal.
Ketersediaan lapangan pekerjaan yang berdampak langsung terhadap
kesempatan mobilitas sosial juga dipengaruhi oleh angka pertumbuhan pen-
duduk. Bila saat ini terjadi angka kelahiran tinggi, maka dapat diramalkan dua
puluh tahun lagi akan terjadi ledakan jumlah pencari kerja. Anak-anak yang
saat ini lahir, dua puluh tahun lagi sudah memasuki lapangan kerja. Seandainya
tingkat pertumbuhan lapangan kerja tetap, sedangkan jumlah penduduk ber-
tambah, tentu akan terjadi kelebihan tenaga kerja. Semakin banyak pencari
kerja berarti semakin kecil peluang terjadinya mobilitas sosial naik. Oleh karena
itu, angka kelahiran turut menentukan mobilitas sosial.
b. <aktor Kemampuan Individu
Seluas apa pun kesempatan mobilitas terbuka
bagi semua orang, jika orang tersebut tidak memi-
liki kemampuan untuk mencapainya, maka tidak
mungkin terjadi mobilitas naik. Sebaliknya, ketidak-
mampuan seseorang dalam mempertahankan ke-
dudukan sosialnya justru dapat menyebabkan ter-
jadinya mobilitas menurun.
Kemampuan seseorang dipengaruhi oleh ting-
kat pendidikannya. Semakin terdidik seseorang
biasanya semakin cakap. Akan tetapi, kemampuan
tidak dapat disamakan dengan prestasi akademik
(nilai mata pelajaran) di sekolah. Angka yang tinggi
di bangku sekolah tidak menjamin keberhasilan
seseorang dalam hidup. Sebab, angka (nilai) tinggi
hanya menunjukkan salah satu aspek kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual.
Padahal untuk berhasil dalam hidup, seseorang tidak hanya dapat mengandalkan
kecerdasan intelektual semata. Aspek-aspek kecerdasan lainnya perlu dikem-
bangkan melalui pendidikan, antara lain kecerdasan emosional, kecerdasan
sosial, kecerdasan spiritual, kecerdasan estetika, kecerdasan berbahasa,
kecerdasan spasial, kecerdasan eksistensial, kecerdasan kinestik, dan kecerdasan
motorik. Semua aspek kecerdasan tersebut dapat memengaruhi keberhasilan
seseorang dalam hidup sehingga perlu dikembangkan di sekolah. Apakah Anda
di sekolah telah merasakan hal demikian?
Misalnya, orang yang memiliki kemampuan melukis atau bernyanyi ternyata
sukses dalam hidupnya. Orang-orang seperti itu mungkin saja tidak cerdas secara
intelektual, tetapi kemampuan dalam berolah seni (estetika) telah membuatnya
mencapai kedudukan sosial ekonomi bagus. Demikian juga para olahragawan
yang telah membuktikan kemampuannya dalam bidang olah tubuh (kinestik).
Sumber: Garuda, Juni 1987
Gambar 3.8
Keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang merupakan salah satu
pendorong mobilitas sosial.
96
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Ia mempunyai kesempatan besar untuk merubah kehidupannya. Demikian juga
kecerdasan sosial, yang aktualisasinya berupa kemampuan bergaul dengan orang
lain. Orang yang mampu bergaul (dalam arti positif) mengetahui cara meng-
hadapi orang lain demi keuntungan dirinya. Orang seperti ini cerdas dalam
membaca situasi dan kondisi, sehingga tidak bertingkah yang merugikan dirinya.
Sebaliknya, dia mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, sehingga
caranya berperilaku membuatnya memperoleh dukungan dari orang lain dalam
meraih keberhasilan. Orang seperti ini sering dijuluki dengan sebutan pintar
bermain atau pintar membaca situasi. Ini merupakan salah satu bentuk ke-
cerdasan tersendiri yang tidak diajarkan secara khusus di sekolah. Anda dapat
mempelajarinya dengan banyak bergaul.
Semua aspek kecerdasan dapat dikembangkan dalam proses pendidikan.
Sehingga, siswa memiliki kemampuan sesuai bakat masing-masing. Pendidikan
merupakan faktor yang sangat penting dalam mobilitas sosial vertikal naik.
Kecuali itu, dengan memiliki tingkat pendidikan yang cukup, seseorang dapat
meraih tiga faktor sekaligus untuk mendukung naiknya status sosial seseorang.
Tingginya pendidikan yang dimiliki membuat seseorang dihormati di masyarakat.
Kecuali itu, pendidikan seseorang dapat mengantarkannya memperoleh pe-
kerjaan yang bagus. Dengan pekerjaan yang bagus, maka pendapatannya
menjadi besar. Semakin mudahlah baginya memperoleh status sosial yang lebih
tinggi.
Prestasi cemerlang di bangku sekolah selain mencerminkan kemampuan
intelektualnya, juga menjadi petunjuk mengenai pibadi seseorang dalam
menghadapi tanggung jawab. Walaupun pendidikan bukan satu-satunya penentu
tingkat kemampuan seseorang, namun kenyataannya setiap pekerjaan men-
cantumkan syarat tingkat pendidikan tertentu. Paling tidak seseorang harus
bisa membaca dan menulis agar diterima di pasaran kerja.
Sisi lain dari faktor individu adalah etos kerja. Etos kerja dapat diartikan
sebagai kebiasaan yang telah menjadi ciri khas seseorang atau suatu masyarakat
dalam bekerja. Kebiasaan itu berkaitan dengan kebudayaan dan nilai-nilai sosial.
Kita umumnya mengagumi kebiasaan kerja orang Jepang, sehingga mengang-
gap mereka sebagai bangsa yang gila kerja. Sampai-sampai suatu ketika perdana
menterinya menganjurkan agar bangsa Jepang mengurangi semangat kerjanya
agar pertumbuhan ekonominya tidak terlalu tinggi. Hal ini sungguh berlawanan
dengan etos kerja bangsa kita. Seringkali presiden menganjurkan agar kita be-
kerja keras untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Inilah gambaran nyata
etos kerja masyarakat.
Individu pun dapat mengembangkan etos kerja pribadi. Sebuah penelitian
(Vaillant & Vaillant, 1981) telah menyimpulkan bahwa kebiasaan yang dilakukan
sejak masa kanak-kanak merupakan petunjuk penting untuk memperkirakan
berhasil atau tidaknya seseorang di masa dewasa nanti. Jadi, sejak sekarang
hendaknya Anda mulai membiasakan diri dengan tekun, rajin, ulet, pantang
menyerah, dan suka bekerja keras. Apabila kebiasaan itu telah menjadi etos
Mobilitas Sosial
97
kerja yang mendarah daging dalam diri Anda, maka besar kemungkinan Anda
akan mengalami mobilitas sosial naik dalam karir maupun pendapatan di masa
dewasa nanti.
Ketekunan dalam berusaha tercermin juga dalam peribahasa yang berbunyi
berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-
senang kemudian.
Apabila seseorang ingin mencapai keberhasilan di masa
depan, harus mau berjuang dari sekarang. Misalnya Anda saat ini sedang dalam
masa sekolah. Bertahun-tahun Anda belajar sejak dari SD, SMP, SMA, hingga
nanti di perguruan tinggi pada dasarnya adalah perjuangan panjang. Anda rela
menghabiskan waktu lama untuk menekuni bangku sekolah, padahal di luar
sekolah banyak kesenangan ditawarkan. Anda meninggalkan kesenangan sesaat
yang ditawarkan itu demi mencapai cita-cita. 2aktor seperti ini juga akan menen-
tukan kemampuan Anda dalam meraih keberhasilan di masa depan.
c. <aktor Keberuntungan
Anda tentu pernah mendengar, ada orang yang tidak perlu bekerja keras
tiba-tiba mendapat hadiah berupa uang ratusan juta karena memenangkan
undian atau kuis. Sementara banyak orang yang bekerja membanting tulang
berpuluh-puluh tahun sulit mengumpulkan tabungan sebesar itu. Hal ini berarti
dari segi pendapatan orang tersebut mengalami mobilitas naik. Di sinilah peran
faktor keberuntungan memengaruhi mobilitas sosial.
2aktor keberuntungan sebenarnya mempunyai peranan yang kecil dalam
keberhasilan seseorang. Setiap orang yang berhasil dalam hidupnya mengakui
bahwa sebagian besar keberhasilannya adalah hasil dari usaha keras. Keber-
hasilan tidak datang dengan tiba-tiba tanpa diupayakan. Peran faktor keberun-
tungan hanyalah 1%, sedangkan 99% adalah kerja keras. Oleh karena itu,
agama mengajarkan kepada kita untuk bekerja dan berdoa. Usaha yang pertama
adalah bekerja dan berusaha, sedangkan doa ada pada urutan berikutnya.
Walaupun faktor keberuntungan turut menjadi penentu, namun kita hendaknya
jangan bersikap fatalistik atau menyerah kepada takdir. Sebab, Tuhan tidak
akan mem-berikan kesuksesan tanpa orang itu mengusahakannya sendiri.
2. Konsekuensi Mobilitas Sosial
Anda telah mempelajari bahwa stratifikasi dan diferensiasi sosial memiliki
konsekuensi terhadap kehidupan sehari-hari orang-orang yang terlibat di dalam-
nya. Demikian juga dengan mobilitas sosial, karena pada dasarnya mobilitas
sosial memiliki hubungan erat dengan struktur sosial (startifikasi dan diferensiasi).
Mobilitas sosial merupakan proses perpindahan seseorang atau sekelompok
orang dari kelas atau kelompok sosial yang satu menuju kelas atau kelompok
sosial lainnya. Apabila seseorang berpindah dari satu status sosial menuju status
sosial lain, tentu dia menghadapi beberapa kemungkinan. Kemungkinan-ke-
mungkinan itu antara lain penyesuaian diri, terlibat konflik dengan kelas atau
98
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
kelompok sosial yang baru dimasukinya, dan beberapa hal lain yang menyenang-
kan atau justru megecewakan. Berikut ini akan kita bahas beberapa konsekuensi
tersebut.
a. Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan Baru
Seperti yang telah kita pelajari bersama, bahwa setiap kelas atau kelompok
sosial pada dasarnya merupakan sebuah subkultur. Artinya, sebagai suatu
kesatuan masyarakat (unit sosial) setiap kelas dan kelompok sosial mengem-
bangkan kebudayaan khusus kelompok. Di dalam setiap kelas dan kelompok
sosial berkembang nilai dan norma tertentu yang hanya berlaku bagi para
anggotanya. Gaya hidup setiap kelas dan kelompok sosial selalu berbeda. Gaya
hidup kelas atas berbeda dengan gaya hidup kelas menengah atau kelas bawah.
Gaya hidup guru berbeda dengan gaya hidup pedagang. Gaya hidup orang
desa berbeda dengan gaya hidup orang kota. Gaya hidup orang Madura berbeda
dengan gaya hidup orang Ambon. Perbedaan kultur antarkelompok sosial yang
tercermin dalam gaya hidup seperti ini sering menjadi tantangan bagi anggota
yang baru masuk melalui proses mobilitas sosial.
Kelompok sosial yang dinamakan masyarakat desa, biasanya sangat
menjunjung tinggi nilai kebersamaan, gotong-royong, dan paguyuban. Berbeda
dengan kultur masyarakat kota yang bersifat individualistis, mementingkan diri
sendiri, dan impersonal. Misalnya, seseorang yang telah bertahun-tahun hidup
di kota besar, setelah berhenti dari pekerjaannya (pensiun) dia memutuskan
untuk menghabiskan masa tuanya di desa kelahirannya. Apabila dia ingin
diterima sebagai warga desa yang baik, maka dia harus menyesuaikan diri dengan
situasi, kondisi, tradisi, dan budaya di desa. Kehidupan individualistis dan
mementingkan diri sendiri harus sedikit demi sedikit ditinggalkan.
Penyesuaian diri seperti ini berlaku bagi siapa saja yang memasuki kelas
atau kelompok sosial baru sebagai akibat mobilitas sosial. Ketika Anda memasuki
lingkungan baru di sekolah tepat Anda belajar kini, secara sadar (atau tidak
sadar) Ana melakukan penyesuaian Begitu pula jika terpaksa Anda harus pindah
sekolah karena mengikuti orang tua yang pindah tempat tugas atau pekerjaan.
Di lingkungan tempat tinggal yang baru, Anda harus menyesuakan diri dengan
kultur masyarakat setempat. Hal itu sudah merupakan konsekuensi dari mobilitas
sosial yang Anda alami.
Penyesuaian diri seperti ini dapat terjadi dengan baik jika lingkungan baru
yang dimasuki mau menerima kehadiran pendatang baru. Tidak semua kelas
atau kelompok sosial mau menerima pendatang baru. Apabila hal ini terjadi,
maka mobilitas yang dialami seseorang menghadapi konsekuensi kedua, yaitu
terjadi konflik.
b. Konflik dengan Lingkungan Baru
Konflik terjadi bila kelas atau kelompok sosial yang baru dimasuki tidak
bersedia menerima kehadiran anggota baru. Konflik juga dapat terjadi apabila
Mobilitas Sosial
99
pendatang baru tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru
dimasukinya.
Seseorang tidak selalu dapat diterima di semua kelas dan kelompok sosial.
Orang-orang berperilaku menyimpang biasanya selalu menghadapi konflik
dengan lingkungan di manapun dia berada. Orang yang diketahui suka mabuk,
mengonsumsi narkoba, para penjaja seks, atau suka mengganggu orang lain
biasanya selalu ditolak di kelas atau kelompok sosial mana pun. Kehadirannya
dianggap sebagai pengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat. Oleh
karena itu, tidak aneh apabila kita sering mendengar berita adanya warga
masyarakat yang mengusir pendatang baru yang kehadirannya justru dinilai
mengganggu ketertiban.
Mobilitas yang dapat menyebabkan terjadinya konflik, misalnya kasus
kembalinya narapidana ke lingkungan asalnya. Masyarakat setempat biasanya
masih menaruh curiga terhadap residivis tersebut. Kecurigaan masyarakat
seringkali diekspresikan dengan cara mengorganisir atau membuat desas-desus
sesama anggota masyarakat untuk menolak residivis tersebut kembali ke
lingkungannya. Mobilitas sosial dalam lingkungan pekerjaan dapat mengalami
konflik apabila terjadi proses yang dianggap tidak benar atau menyalahi norma
sosial yang berlaku. Misalnya kehadiran seorang pejabat baru pada suatu ling-
kungan kerja, tetapi tidak melalui proses yang wajar seperti jenjang karir atau
prestasi, akan tetapi melalui praktek nepotisme.
Ketidakmampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru juga sering menimbulkan konflik. Misalnya, seseorang yang suka berhura-
hura, hidup bebas semaunya; tiba-tiba suatu saat harus pindah ke lingkungan
baru yang terbiasa tenang dan tertib. Di satu sisi, orang tersebut terbiasa bidup
bebas dan hura-hura, sehingga merasa tidak suka kalau kebebasannya dibatasi.
Di sisi lain, masyarakat tidak mau ketenangan dan ketertibannya diusik pendatang
baru yang dinilainya kurang tata krama. Terjadilah pertentangan antara
masyarakat dengan pendatang baru itu.
c. Adanya Harapan dan Kekecewaan
Struktur masyarakat yang terbuka telah membuka kesempatan terjadinya
mobilitas secara luas. Setiap orang bisa mencapai status sosial yang diinginkannya
asal berusaha keras. Lebih-lebih dalam masyarakat demokratis yang memberikan
kesempatan sama kepada semua warganya. Tidak ada halangan bagi siapapun
untuk mencapai kedudukan, pekerjaan, atau penghasilan yang lebih tinggi.
Keterbukaan ini selain memberikan kesempatan untuk terjadinya mobilitas naik,
juga sekaligus memberikan kemudahan pula untuk terjadinya mobilitas menurun.
Akibatnya, penurunan status dan kenaikan status sosial memiliki peluang yang
sama untuk dialami seseorang. Baik peningkatan maupun penurunan status
dapat berdampak positif dan negatif.
100
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Mobilitas naik memberikan kesempatan bagi orang yang mengalaminya
untuk menikmati hidup secara lebih baik. Hal itu tentu saja merupakan harapan
baik bagi semua orang. Orang-orang yang memperoleh kedudukan lebih tinggi
berarti memperoleh pendapatan lebih tinggi pula. Kualitas hidupnya semakin
meningkat. Pendapatan tinggi memungkinkannya membiayai gaya hidup yang
lebih baik. Kesejahteraan ekonomi dan kebahagiaannya lebih baik daripada
orang yang statusnya lebih rendah. Segala kebutuhan yang mereka inginkan
tercukupi. Rumah mereka bagus, bahkan memiliki kendaraan pribadi, sandang,
papan, dan pakaian tidak menjadi masalah.
Secara keseluruhan masyarakat diuntungkan oleh terbukanya kesempatan
yang sama untuk mengalami mobilitas sosial naik. Dalam masyarakat dengan
mobilitas terbuka, persaingan yang terjadi berdasarkan prestasi. Siapa pun yang
paling unggul atau paling layak akan menduduki posisi puncak dalam struktur
masyarakat. Hal ini berarti masyarakat akan diatur dan dikendalikan oleh orang-
orang yang benar-benar berkualitas. Putra-putra pilihan yang paling unggul
tentu akan membawa perkembangan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Akan tetapi, di sisi lain, mobilitas terbuka dapat menimbulkan persaingan
yang mengarah kepada konflik. Selain itu, keterbukaan luas bagi semua orang
untuk mengalami mobilitas naik sering menimbulkan harapan terlalu tinggi.
Tidak selamanya harapan-harapan yang muluk-muluk untuk mencapai status
sosial yang lebih baik dapat tercapai. Pada kondisi seperti inilah seseorang
dapat mengalami kekecewaan sehingga hidupnya tidak bahagia. Padahal,
kebahagiaan jauh lebih berharga daripada status sosial.
Orang yang belum siap menerima kedudukan tinggi dapat merasa tidak
nyaman dalam posisinya. Apalagi tanggung jawab yang dibebankan terasa berat
baginya. Keharusan untuk mempelajari status dan peran baru kadang-kadang
menjadi beban seseorang yang belum siap. Sering pula terjadi mobilitas sosial
naik yang dialami orang tua justru mendatangkan dampak negatif bagi anak-
anaknya. Kesibukan yang bertambah membuat keintiman dan keharmo-nisan
hubungan orang tua dengan anak menjadi berkurang. Jika anak-anak yang
merasa kehilangan kasih sayang orang tua ini merasa tidak puas, mereka akan
mencari pelampiasan. Misalnya, dengan memasuki pergaulan yang salah atau
berperilaku menyimpang. Berbagai kenakalan anak sering disebabkan oleh
pelampiasan ketidakpuasan terhadap sikap orang tua mereka yang waktunya
tersita habis untuk kepentingan jabatan baru atau kesibukan di luar rumah.
Mobilitas lateral yang berupa perpindahan tempat tinggal juga dapat
berdampak negatif. Setiap orang selalu memiliki keterikatan dengan lingkungan
sosialnya. Apabila ikatan itu terputus hanya gara-gara perpindahan, maka sering
menimbulkan kerugian. Bentuknya bisa berupa kehilangan sahabat atau ter-
putusnya hubungan dengan rekan-rekan yang berperan dalam kehidupan sehari-
hari. Di tempat tinggal yang baru dia harus memulai dari bawah lagi untuk
membangun hubungan kerja sama dengan orang-orang yang baru dikenalnya.
Hal seperti ini bukan masalah mudah dan belum tentu berhasil.
Mobilitas Sosial
101
Mobilitas menurun juga memiliki konsekuensi negatif. Dalam masyarakat
berstruktur terbuka dengan tingkat persaingan ketat, siapa saja berpeluang untuk
tersingkir apabila mereka tidak memiliki keunggulan. Dalam menghadapi
persaingan ketat, orang dapat saja dihantui rasa cemas. Bila benar-benar ter-
singkir dalam persaingan berarti status sosial mereka merosot. Bentuknya dapat
berupa turunnya pendapatan atau kedudukan. Hal seperti ini memberikan
dampak negatif terhadap tingkat kesejahteraan hidup orang yang mengalaminya.
Kesehatannya pun dapat terganggu. Kejatuhan dapat memukul jiwa dan
mentalnya, sedangkan turunnya pendapatan dapat menghimpit kehidupannya.
Orang yang kehilangan kekuasaan atau kedudukan sering mengalami
post-
power syndrome
. Sindrom ini merupakan ciri-ciri perilaku tertentu yang di-
tunjukkan seseorang sebagai akibat kedudukan dan kekuasaan. Selama memiliki
kekuasaan dan kedudukan, dia dihormati banyak orang dan berpengaruh. Ketika
mobilitas sosial menurun membuatnya kehilangan kedudukan, maka dia merasa
diremehkan karena pengaruh dan kekuasaannya berkurang atau hilang. Hal
ini membuat orang merasa kecewa dan merasa kurang berharga dalam hidup.
Pilih dan kerjakan salah satu tugas di bawah ini, kemudian serahkan kepada
guru untuk dinilai!
1. Carilah informasi dari situs Biro Pusat Statistik atau sumber lain yang
melaporkan data mutakhir mengenai angka kemiskinan di Indonesia.
Analisislah faktor-faktor penyebab mobilitas sosial itu! Tulis hasil analisis
Anda dalam bentuk makalah untuk didiskusikan di kelas!
2. Carilah informasi dari kumpulan arsip surat kabar di perpustakaan,
mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan itu
tentu berakibat bertambahnya warga masyarakat yang jatuh miskin.
Analisislah konsekuensi mobilitas sosial vertikal menurun dalam
hubungannya dengan kenaikan harga BBM dan buatlah laporannya!
Aktivitas Siswa
102
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Kerjakan di buku tugas Anda!
Jawablah dengan tepat!
1. Jelaskan pengaruh struktur sosial terhadap mobilitas sosial!
2. Mengapa kemampuan pribadi sangat menentukan mobilitas yang
dialami seseorang?
3. Apakah Anda setuju bahwa faktor keberuntungan hanya berperan
sangat kecil dalam menentukan mobilitas sosial? Berikan alasan!
4. Menurut Anda, lebih banyak konsekuensi negatif atau positifkah yang
sering terjadi dalam mobilitas sosial? Berikan alasan!
5. Deskripiskan bentuk penyesuaian diri yang Anda lakukan apabila suatu
saat nanti Anda terpilih untuk mengikuti pertukaran pelajar dengan
negara lain!
Kerjakan di buku tugas Anda!
Ungkapkan tanggapan Anda terhadap pernyataan atau kasus di bawah
ini, dengan cara memberi tanda cek (
) pada kolom S (Setuju), TS (Tidak
Setuju) atau R (Ragu-ragu)!
Pelatihan
Tes Skala Sikap
1 Struktur sosial yang tertutup lebih mengun-
tungkan karena dapat menjamin warga ma-
syarakat untuk mempertahankan statusnya
seperti semula. Terutama bagi orang kaya.
2 Dalam masyarakat yang terbuka terjadi per-
saingan ketat untuk memperebutkan status
sosial yang lebih baik. Persaingan itu justru
menggairahkan masyarakat untuk lebih dinamis.
3 Di Bali, berlaku sistem kasta sebagai bagian dari
ajaran agama Hindu. Karena sistem kasta men-
cegah terjadinya perpindahan dari satu kasta
ke kasta lain, maka di Bali tidak terjadi mobilitas
sosial sama sekali.
No.
Pernyataan
S TS R
Mobilitas Sosial
103
Rangkuman
1. Mobilitas sosial adalah perubahan status dan peran dalam stratifikasi
sosial.
2. Mobilitas sosial berhubungan erat dengan status sosial dan peran sosial.
Status sosial di dalam masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. status sosial berdasarkan cara mendapatkannya,
b. status sosial berdasarkan sifat.
3. Status sosial berdasarkan cara mendapatkannya dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu;
a. status yang diperoleh melalui kelahiran
(ascribed status)
b. status yang diperoleh dari perjuangan (
achieved status
), dan
c. status pemberian (
assigned status
).
4. Status sosial berdasarkan sifat, yaitu:
a. status aktif,
b. status pasif, dan
c. status laten.
5. Mobilitas sosial di masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. mobilitas vertikal,
b. mobilitas horizontal.
4 Orang yang tidak mau dipromosikan menduduki
jabatan lebih tinggi dengan alasan tanggung
jawabnya lebih berat, termasuk orang yang me-
rugi. Karena promosi jabatan akan mendatang-
kan penghasilan yang lebih besar.
5 Konflik rasial di berbagai daerah di negara kita
merupakan salah satu konsekuensi terjadinya
mobilitas sosial horizontal, terutama dalam ben-
tuk transmigrasi. Oleh karena itu, pemerintah
hendaknya memikirkan lebih matang sebelum
mengadakan transmigrasi di masa mendatang.
No.
Pernyataan
S TS R
104
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Pengayaan
6. Saluran-saluran mobilitas sosial adalah:
a. sekolah,
b. organisasi pemerintah dan swasta,
c. lembaga keagamaan, dan
d. organisasi ekonomi.
7. 2aktor-faktor yang menentukan terjadinya mobilitas sosial, antara lain:
a. faktor struktur sosial,
b. faktor kemampuan individu, dan
c. faktor kemujuran.
8. Apabila seseorang berpindah dari satu status sosial menuju ke status
lainnya, dia akan menghadapi beberapa konsekuensi perpindahannya
tersebut. Konsekuensi itu antara lain:
a. penyesuaian diri terhadap lingkungan baru,
b. konflik dengan lingkungan baru, serta
c. adanya beberapa harapan dan kekecewaan.
STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA
Masyarakat Indonesia berstuktur majemuk. Ciri-ciri masyarakat maje-
muk adalah adanya kelompok-kelompok sosial yang memiliki kebudayaan
berbeda, setiap kelompok sosial tidak saling melengkapi (nonkomplemen-
ter), kurang ada konsensus mengenai nilai-nilai dasar, sering terjadi konflik
sosial, integrasi sosial terjadi karena paksaan (
coersion
) atau kesaling-
tergantungan ekonomis, adanya dominasi politik oleh salah satu golongan.
Struktur masyarakat majemuk Indonesia ditandai dua ciri unik. Pertama,
secara horizontal terdapat perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan
agama, dan perbedaan daerah. Kedua, secara vertikal terdapat perbedaan
tajam antara lapisan sosial atas dan lapisan sosial bawah.
Ada tiga alasan mengapa masyarakat Indonesia demikian majemuk
secara horizontal. Pertama, kondisi geografis yang terdiri dari ribuan pulau.
Kondisi ini menyebabkan suku-suku bangsa yang menghuni pulau-pulau
itu mengembangkan kebudayaan sendiri-sendiri, padahal mereka dulu ber-
asal dari satu keturunan nenek moyang yang sama. Kedua, posisi Indonesia
berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan dunia, yaitu antara
samudera Indonesia dan samudera Pasifik. Kondisi ini telah menyebabkan
Mobilitas Sosial
105
masuknya berbagai pengaruh asing. Pengaruh yang pertama datang adalah
kebudayaan Hindu dan Budha, kemudian kebudayaan Islam pada abad ke-
13, dan akhirnya kebudayaan Barat masuk pada abad ke-16. Semakin
kayalah Indonesia dengan beragam pengaruh kebudayaan. Tidak heran
kalau di Indonesia saat ini berkembang berbagai macam agama (Islam,
Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Khonghuchu). Ketiga, kondisi iklim,
struktur tanah, dan ekologi yang berbeda antara pulau-pulau di Indonesia.
Pulau Jawa dan Bali merupakan daerah pertanian, sedangkan daerah-daerah
lain di luar Jawa lebih banyak berupa daerah perkebunan. Perbedaan ini
menimbulkan kesalingtergantungan ekonomi antara kedua wilayah tersebut.
Pada struktur vertikal terjadi perbedaan yang tajam antara berbagai
kekuatan ekonomi dan politik. Secara ekonomi, di Indonesia sejak zaman
Belanda terdapat sedikit orang kaya yang menguasai perekonomian
nasional. Mereka terdiri dari para pengusaha besar yang orientasi usahanya
untuk perdagangan internasional. Sementara itu sebagian besar warga
masyarakat hidup dari kegiatan ekonomi pertanian yang orientasinya hanya
untuk memenuhi kebutuhan sendiri (pertanian subsistem). Orang-orang
kota yang modern, terdidik, dan bergairah tinggi menguasai orang desa
yang tradisional, kurang terdidik, dan terbelakang, padahal jumlah orang
kota sangat sedikit dibanding orang desa yang sangat besar. Pengertian
orang kota tidak harus berdasarkan tempat tinggalnya di kota. Mereka
adalah orang-orang yang terdidik dan menduduki status sosial kelas atas
sehingga menguasai kelompok sosial kelas bawah yang tradisional. Dalam
istilah dalam bahasa Jawa, kedua kelompok yang saling berbeda tajam ini
disebut
Wong Cilik
(rakyat jelata) dan
Priyayi
(golongan yang menduduki
posisi-posisi dalam birokrasi pemerintahan).
Seperti itulah, struktur masyarakat majemuk Indonesia. Silahkan Anda
diskusikan, bagaimana struktur sosial seperti di atas memengaruhi mobilitas
sosial yang terjadi di masyarakat kita!
106
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
Tokoh
PRO<. DR. BAMBANG SUDIBYO
DARI KELUARGA SEDRHANA HINGGA MENJADI
MENTERI
Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, lahir di
Temanggung, 8 Oktober 1952. Pendidikan
yang Beliau lalui antara lain 2akultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (SE,
1977)
, University of North Carolina-Greens-
boro,
AS
(Master of Business Administration,
1980),
University of Kentucky,
AS (
Doctor in
Business Administration,
1985),
Training in
Accounting and inance, INSEAD,
Perancis
(1985), dan pada tahun 2001, Beliau diangkat
menjadi Profesor Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Di bidang organisasi, politik, dan pemerintahan, Beliau pernah aktif
menjadi anggota Partai Amanat Nasional, Pengurus pusat Muhammadiyah,
anggota MPR, Penasihat presiden, Menteri Keuangan RI (1999 2000)
dan Menteri Pendidikan Nasional (2004 2009).
Masa kecil Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, tidaklah istimewa. Beliau
berasal dari keluarga yang sederhana. Akan tetapi, mencerminkan keteguh-
an hati untuk maju. Ayah Beliau adalah seorang guru yang memiliki idealisme
yang tinggi. Untuk ukuran pada waktu itu, ayah Beliau dikenal sebagai
orang yang
visioner
atau sangat memperhatikan akan kemajuan sang anak.
Pada tahun 1972, saat berumur 18 tahun, Beliau mendaftar di Universitas
Gadjah Mada dan diterima di jurusan Akuntansi 2akultas Eko-nomi. Melalui
tangga pendidikan itulah akhirnya berbagai karir akademik, politik,
organisasi sosial, dan pemerintahan diraih oleh Beliau.
Sumber: www.tokohindonesia.com
Sumber: www.tokohindonesia.com
Mobilitas Sosial
107
Kerjakan di buku tugas Anda!
A. Pilih salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Mobilitas sosial adalah .
a. perubahan status sosial seseorang dari tingkat rendah menuju ting-
kat lebih tinggi
b. perubahan status sosial seseorang dari tingkat tinggi menuju tingkat
lebih rendah
c. perubahan status sosial seseorang dari tingkat tinggi menuju tingkat
lebih tinggi
d. perubahan status sosial seseorang, baik meningkat maupun me-
nurun
e. perubahan status sosial seseorang, baik bersifat vertikal maupun
horizontal.
2. Kedudukan atau status sosial seseorang ditentukan oleh faktor .
a. ekonomi dan geografi
b. sosial dan budaya
c. ekonomi dan pendidikan
d. pendidikan dan tempat tinggal
e. pekerjaan dan budaya
3. Pak Purba telah menjadi petani sejak menikah hingga sekarang. Pada
saat memulai hidup sebagai petani Pak Purba hanya menggarap tanah
warisan dari orang tuanya seluas satu hektar. Sekarang Pak Purba selain
mengerjakan sawah tersebut juga telah membuka usaha penggilingan
padi (
rice milling
) yang cukup berhasil. Mobilitas yang dialami Pak Purba
bersifat .
a. lateral
b. vertikal
c. horisonal
d. menurun
e. antagenerasi
4. Mobilitas sosial menyebabkan hak dan kewajiban seseorang .
a. bertambah
b. berganti
c. berubah
d. hilang
e. disesuaikan
Uji Kompetensi
108
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
5. Mobilitas sosial akan menyebabkan .
a. status sosial seseorang hilang
b. status sosial seseorang berubah
c. wewenang seseorang bertambah
d. wewenang seseorang berubah
e. status dan peran seseorang berubah
6. Risna adalah seorang karyawati sebuah bank. Saat ini dia bertugas
melayani nasabah di loket setoran, sebelumnya dia bertugas melayani
semua tamu bank yang membutuhkan informasi. Risna merasa lebih
senang dengan pekerjaan barunya itu walaupun gajinya sama dengan
yang semula. Ilustrasi tersebut menggambarkan terjadinya mobili-
tas .
a. vertikal
b. horizontal
c. lateral
d. intragenerasi
e. antargenerasi
7. Perbedaan status sosial dengan peran sosial adalah .
a. status sosial merupakan kedudukan dalam kelompok, sedangkan
peran adalah perilaku yang diharapkan oleh kelompok
b. peran sosial merupakan kedudukan dalam kelompok, sedangkan
status adalah perilaku yang diharapkan oleh kelompok
c. status sosial merupakan jabatan seseorang dalam kelompok,
sedangkan peran adalah tanggung jawab seseorang dala kelompok
d. status peran merupakan jabatan seseorang dalam kelompok,
sedangkan status adalah tanggung jawab seseorang dala kelompok
e. status sosial memberikan kewenangan tertentu, sedangkan peran
sosial menuntut tanggung jawab tertentu
8. Perbedaan antara mobilitas horizontal dengan mobilitas vertikal ada-
lah .
a. mobilitas horizontal berhubungan dengan stratifikasi sosial, sedang-
kan mobilitas vertikal berhubungan dengan diferensiasi sosial
b. mobilitas vertikal berhubungan dengan stratifikasi sosial, sedangkan
mobilitas horizontal berhubungan dengan diferensiasi sosial
c. mobilitas horizontal mengubah kedudukan sosial seseorang, sedang-
kan mobilitas vertikal tidak
d. mobilitas vertikal mengubah kedudukan sosial seseorang, sedang-
kan mobilitas horizontal tidak
e. mobilitas horizontal bersifat intragenerasi, sedangkan mobilitas ve-
rtikal bersifat antargenerasi
Mobilitas Sosial
109
9. Status sosial yang paling banyak berkaitan dengan mobilitas sosial
adalah .
a.
ascribed status
b.
achieved status
c.
assigned status
d.
latent status
e.
active status
10. Seseorang yang terlahir sebagai anak seorang brahmana maka akan
berkasta brahmana pula. Status sosial seperti ini termasuk jenis yang
disebut .
a.
assigned status
b.
latent status
c.
ascribed status
d.
active status
e.
achieved status
11. Setiap orang tentu memiliki status tertentu. Masyarakat selalu menuntut
setiap orang untuk bertingkah laku sesuai dengan statusnya. Ini dise-
but .
a. peran sosial
b. status sosial
c. dampak sosial
d. konsekuensi sosial
e. mobilitas sosial
12. Mobilitas vertikal yang dialami sebuah kelompok sosial adalah .
a. sebuah keluarga yang tulang punggung kehidupannya dipecat dari
pekerjaan dan mencari pekerjaan lain namun tidak dapat
b. sebuah desa yang ditransmigrasikan ke tempat lain karena
daerahnya rawan bencana
c. seorang petani yang beralih profesi menjadi tukang kayu dan
berhasil menghimpun sejumlah tukang kayu lainnya sehingga
usahanya berhasil
d. sekelompok pemuda yang hijrah dari desanya menuju kota untuk
mencari pekerjaan
e. seorang petani yang berhasil mengubah status sosialnya menjadi
seorang pengusaha penggilingan padi
13. Saluran mobilitas sosial paling utama adalah .
a. pekerjaan
b. pendidikan
c. jabatan
d. organisasi
e. perkawinan
110
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
14. Pernyataan berikut yang benar mengenai mobilitas vertikal adalah .
a. masyarakat bersistem kasta benar-benar mutlak tertutup bagi
mobilitas sosial vertikal
b. tidak ada masyarakat yang bebas sebebas-bebasnya dalam mobilitas
sosial vertikal
c. setiap masyarakat memiliki ciri-ciri sama dalam mobilitas sosial
vertikal
d. setiap faktor menyebabkan ciri-ciri yang sama pada mobilitas sosial
e. mobilitas sosial vertikal bersifat kontinyu dan sambung-
menyambung
15. Agama menganggap setiap manusia sama kedudukannya di hadapan
Tuhan, namun dalam agama tetap ada status sosial yang berbeda. Hal
ini berarti .
a. ajaran agama tidak sejalan dengan sosiologi
b. ajaran agama mengingkari kenyataan sosial
c. sosilogi tidak sesuai dengan ajaran agama
d. agama mengakui perbedaan status sosial di masyarakat
e. penguasaan ilmu agama merupakan faktor pembeda status sosial
16. Pengaruh struktur sosial terhadap mobilitas sosial tercermin pada .
a. masyarakat yang berstruktur terbuka memudahkan terjadinya
mobilitas sosial
b. masyarakat yang bersistem tertutup memudahkan terjadinya
mobilitas sosial
c. masyarakat demokratis memberi peluang sangat besar untuk
terjadinya mobilitas sosial
d. semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin tinggi tingkat
mobilitas sosialnya
e. masyarakat tradisional lebih stabil karena setiap orang tidak
terancan status sosialnya
17. Pendidikan sangat mempengaruhi terjadinya mobilitas sosial, karena .
a. pendidikan memberikan lapangan kerja
b. pendidikan bersifat bertingkat-tingkat
c. pendidikan dapat mengantarkan seseorang menuju status yang
lebih baik
d. hanya dengan pendidikan orang memperoleh ilmu yang menunjang
mobilitas
e. pendidikan memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Mobilitas Sosial
111
18. Kemampuan seseorang dalam mencapai mobilitas vertikal naik
dipengaruhi oleh .
a. usia dan pengalaman
b. pengalaman dan status
c. pendidikan dan keterampilan
d. keberuntungan dan doa
e. kesabaran dan perjuangan.
19. Konsekuensi negatif mobilitas sosial tercermin dalam .
a. seseorang yang memperoleh kedudukan baru ternyata keluarganya
terabaikan
b. para transmigran yang berhasil membangun perkebunan di luar
Jawa namun kembali ke Jawa
c. seseorang yang bertahun-tahun berjuang untuk meraih suatu
jabatan, tetapi justru orang lain yang dipromosikan
d. berkat usaha kerasnya, sekelompok perantau di kota berhasil
mendirikan usaha bersama
e. persaingan orang-orang di bidang bisnis sering mengakibatkan
kecurangan dalam berbisnis
20. Konsekuensi adanya mobilitas horizontal adalah .
a. persaingan antarkelas sosial
b. konflik antarsuku
c. merosotnya tingkat pendapatan penduduk
d. terjadinya urbanisasi secara besar-besaran
e. ketidaktersediaan lapangan kerja di daerah tujuan
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan singkat dan jelas!
1. Jelaskan hubungan mobilitas sosial dengan status sosial!
2. Sebutkan prinsip-prinsip utama dalam mobilitas sosial vertikal!
3. Mengapa lembaga pemerintahan dapat mengantarkan orang untuk
mengalami mobilitas vertikal naik? Jelaskan!
4. Sebutkan beberapa contoh kebijakan pemerintah yang sering menye-
babkan terjadinya mobilitas sosial vertikal menurun!
5. Sebutkan beberapa contoh kebijakan pemerintah yang sering menye-
babkan terjadinya mobilitas sosial vertikal naik!
6. Sebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya mobilitas sosial!
112
Sosiologi SMA/MA Kelas XI
7. Sebutkan tiga alasan yang membuat lembaga pendidikan merupakan
tangga utama dalam mobilitas sosial!
8. Jelaskan hubungan mobilitas sosial dengan stratifikasi sosial!
9. Berikan contoh hubungan antara diferensiasi sosial dengan mobilitas
sosial!
10. Apa manfaat mempelajari mobilitas sosial bagi usaha pembangunan
masyarakat?